(1) JALAN DATUK BANGSO --- Bulan Tak Membantah , Matahari Tak Menyanggah !
Catatan: Pinto Janir (Sastrawan/Wartawan)
Pikiran ini harus saya tuliskan. Saya tak ingin
riwayat kegelisahan menciptakan jejak gelap yang membuat hati saya berhutang
pada sejarah. Saya tak sekedar hendak melirikkan apresiasi di atas kanvas
aksara terpilih. Tak pula sekedar menyaru tangga nada untuk menyusun lagu
kehidupan kita.
Permisi, izinkan saya menulis “puisi
musik” yang tak berisik dalam sisik keindahan yang asik.
Sebelum melanjutkan tulisan ini saya
buka jendela siang di langit terang. Bagi saya, jendela adalah simbol. Ia
cakrawala. Begitu kebiasaan saya setiap akan menulis. Jendela saya buka. Kopi
saya cacar. Langit saya pandang-pandang. Ujung lidah, saya tongkatkan ke langit-langit;
ya Allah, lancarkan pikiran saya dalam menulis.
Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaha
illallah, allahu akbar.
***
Febby Datuk Bangso.
Ia seorang petarung. Bukan petaruh.
Namun ia pribadi yang mau mempertaruhkan reputasi untuk sebuah ideologi. Kalau
sudah ada sebuah gambaran atau sinyal dalam pikiran maka segala kemampuan,
segala daya upaya akan ia kalangkan demi keterwujudan harapan seindah bulan.
Saya menyimak riwayatnya. Sejak
remaja, Febby sudah bertarung dalam harungan luas kehidupan. Kemandirian
melangkah di tiap tapaknya. Keringatnya tak akan mampu menghapus jejak!
Ia sudah belajar mengenal dan menghadapi badai. Kalaupun
layarnya cabik, baju ia jadikan layia; dua tangan ia jadikan tonggak. Patahpun
pendayungnya, lima jemari ia rapatkan. Ia mengayuh dengan doa dan harapan.
Di mata saya, Febby itu pemelihara
“energi”. Harapannya tak akan pernah tenggelam. Karena, pikirannya penuh dengan
cita-cita dan hatinya ranum dengan doa.
Bagi saya, orang kuat bukan orang
berotot kawat. Orang kuat itu adalah orang yang tiap jatuh; tegak kembali.
Orang gigih adalah orang yang tak terhadang dan tak terpalang oleh kawat
berduri. Orang cerdas adalah orang yang tak terhenti di jalan di buntu. Karena,
ia akan mencari dan menciptakan serta
meneruka jalan baru; untuk sampai ke puncak tertinggi dari sebuah gunung
kehidupan.
Begitulah Febby Datuk Bangso...!
***
Saya
memercayai Febby, karena ia pemegang teguh kesetiaan. Bertahun-tahun saya
mengenal Febby. Bulan dan matahari saksi percakapan kami. Tiap percakapan, kami
jarang bicara numerik. Kami tak mempercakapkan
sistem angka. Yang paling sering kami percakapkan adalah pikiran.
Karena, pikiran adalah energi yang melahirkan materi !
Saya yakin sejak dulu dalam susunan
aksara; bahwa satu pikiran akan melahirkan berjuta materi. Namun berjuta-juta
rupiahpun materi, belum tentu mampu melahirkan satu pikiran atau satu gagasan !
Pikiran itu terdepan. Gagasan itu
maqamnya di atas segalanya.
Soal ini kami sepakat. Bulan tak
akan membantah. Matahari mana mau menyanggah.
Begitulah jalan saya.
Begitu pula jalan Datuk Bangso.
Jalan yang kuat karena budi.
Budi harus kuat. Ia tak boleh rusak.
Kuek bangso karano budi.
Rusak
budi bangso binaso.
Datuk bangso adalah jalan pikiran di
atas nagari.
(bersambung)
Posting Komentar